Sabtu, 30 Desember 2023

PADA AKHIRNYA, SELAMAT TINGGAL 2023

Kurang dari dua hari lagi, drama 365 hari akan segera berakhir,
Drama yang bagi gue sebenarnya tidak banyak konflik baru pada premis yang hampir selalu sama, 
Seperti kembali menuliskan repetisi akan kisah usang patah hati yang membosankan! 
Menuliskan kembali kegagalan akan hal yang seharusnya tak lagi sulit gue menangkan. 
Kegagalan yang membawa gue memetik suatu kesimpulan, 
Jika hidup bukanlah selalu soal perjuangan, harapan, pencapaian dan pelajaran. 
Namun juga soal Penerimaan.

Mari kita awali kisah 365 hari ini dengan kisah jatuh cinta pertama gue di tahun ini,
Setelah 2022 Selesai, gue kembali melanjutkan usaha untuk mengakhiri kesendirian.
Meski di umur gue yang sekarang untuk kembali melakukan pendekatan,
Sama membosankannya dengan menghitamkan ratusan bulatan lembar LJK berulang-ulang.
Namun tetap gue lakukan, bukan karena gue gemar mengerjakan soal-soal ujian,
Tapi karena dalam agama gue, menikah hampir sebuah kewajiban.




Dimulai dengan bertemu seorang gadis manis, imut dan cantik pada saat melakukan bimbingan teknis kepemiluan. Sebuah pertemuan yang membuat gue merasa tahun 2023 akan berjalan lebih manis.

Seperti biasa, proses pendekatan dimulai dengan mencari tahu segala tentang dia,
Tujuannya apa? Menemukan titik tengah dimana gue bisa membuat topik percakapan.
Karena sulit memulai percakapan dengan seorang gadis yang diawal perkenalan memanggil gue berkali-kali dengan sebutan BAPAK!
(postingan lengkapnya bisa dibaca di sini)

Berbekal momen poto bersama, ditambah keyakinan bahwa perempuan dengan selisih umur sembilan tahun yang tinggal di desa akan lebih mudah untuk didekati, lantas atas dasar hal tersebut, ga butuh waktu lama, hati dengan lantang mendeklarasikan jika ia telah kembali jatuh cinta!

Namun seperti yang sudah-sudah, jauh panggang dari api.

Roller coaster perasaan berlangsung hampir selama empat bulan,
di sisi lain menyemangati diri sendiri bahwa jika gue melewatkan perempuan satu ini,
maka ga akan gue temukan lagi perempuan manis yang menyukai Anime, Kopi Hitam dan Green Day.
Di sisi lainnya kemesraan dia dan pacar sporty nya membuat gue merasa what the hell am I doing here?

Hingga pada akhirnya, gue tanyakan ke dia apakah gue memiliki peluang?
Dan jawabannya memberikan validasi yang mensahihkan seluruh asumsi sekaligus merampungkan segenap deduksi jika pada akhirnya 
jatuh cinta memang selalu soal luka.



Merasa kembali gagal pada pendekatan kali ini, 
Gue memutuskan untuk kembali introspeksi diri.
Apa yang salah pada metode pendekatan kali ini?
Apa saja yang harus di evaluasi pada jatuh cinta kali ini?
Dan setelah lama berdiskusi dengan diri sendiri, mengenang kembali jatuh cinta - jatuh cinta sebelumnya, merasakan luka-luka yang kini seperti terbuka secara bersama.

Akhirnya dibulan ini gue menarik sebuah kesimpulan
jika pada akhirnya mungkin saja gue memang ga berjodoh dengan siapa-siapa.
Bisa jadi jodoh yang sudah disiapkan untuk gue, dua puluhan bahkan tiga puluhan tahun yang lalu sudah diaborsi orang tuanya?
Atau bisa jadi manusia memang dilahirkan berpasang-pasangan, sedangkan gue satu-satunya Alien Merkurius dengan wujud asli menyerupai hewan Sigung yang tersesat di bumi kalian yang damai.
Mungkin saja kan?

Karena setidaknya itu lebih melegakkan dari pada kembali dihancurkan oleh harapan jika kelak akan hadir seorang wanita yang bersamanya kami akan hidup bersama, saling bermesra, bertukar cerita di ruang keluarga, dia dipanggil Ibu dan gue dipanggil Ayah, bercengkrama menimang buah hati dengan riang gembira, hingga datang pagi, dia memasak, gue bekerja.

Namun nyatanya, akrab dengan patah hati tidak membuatmu terbiasa dengan sakitnya.
Patah hati akan selalu sama, 
sakitnya selalu seperti baru pertama.



Di tengah usaha gue untuk berdamai dengan pemikiran-pemikiran gue di bulan Mei.
Pagi itu, seusai sholat iedul adha, semesta mempertemukan gue dengan senyumnya.
Senyum manusia paling puisi di tahun ini, bak rinai yang tumpah, meski hampir habis kuasa, sudah limpah cinta ini tak mampu ku tadah.

Walau sempat terfikir mungkinkah kali ini berakhir seperti yang sudah-sudah?
Namun dihadapan sikap ramahnya, hati dengan sukarela menyerah.

Setelah belasan tahun berkutat dengan urusan pendekatan,
dia adalah perempuan dengan respon paling membahagiakan.
Bersamanya gue ga perlu repot mencari topik pembicaraan,
karena percakapan kami selalu bisa mengalir menemukan jalan.

Bersamanya kami bisa membahas apa saja mulai dari seputar parenting hingga konsep pre-wedding.
Membahas dunia pendidikan hingga pilpres kelak kemana dia menentukan pilihan.
Saling berbalas pesan hingga salah satu dari kami ketiduran.
Dan hal-hal manis lainnya khas fase pendekatan.

Dari percakapan yang melahirkan rasa nyaman tersebut, gue jadi teringat akan petuah teman-teman yang sudah duluan menikah.
Kata mereka, jika nanti kamu bertemu dengan seseorang yang kalau diajak ngobrol enak, ngomongin apa aja masuk, bersamanya kamu merasa nyaman, yakin aja ga perlu waktu lama kalian pasti segera sah.

Jatuh cinta terakhir kali dan berakhir menikah itu berbeda dari jatuh cinta yang sudah-sudah.

Berbekal petuah-petuah yang entah kenapa related dengan yang saat itu gue rasa,
Akhirnya gue bilang ke emak di rumah,
Mak, kaya nya tahun depan saya menikah.





Di bulan ini gue terus berupaya meyakinkan dia, kalau gue serius dengan perasaan ini.
Gue terus cerita ke dia tentang keseharian gue, pemikiran-pemikiran gue, keluarga gue, sirkel gue, konsep rumah tangga menurut gue, gimana gue memandang soal pendidikan anak dan lain-lain.
Dengan harapan, it's all about me, ga ada lagi yang gue tutupi, jadi kalau spek muka gue masuk dalam kriteria mu, mari kita mulai ini ke dalam hubungan yang lebih jelas dan serius.




30 September 2023, ini kali pertama gue ke rumahnya,
berbincang dengan mamak dan bapaknya,
bertatatap muka dan berbicara langsung untuk pertama kali dengannya.
menikmati kopi buatannya,
dan melihat kembali senyum manis yang membuat gue mencintainya.

Sore itu gue beripikir ini adalah momen pertama dari seringnya gue bakal kerumahnya,
Gue berpikir gue bakal kesana lagi untuk merayakan ulang tahunnya di bulan November,
Kesana lagi mengantarkan jajanan bertopping coklat kesukaannya setiap gue dapat uang atau gajian,
Kesana lagi memberikan hampers lebaran,
Kesana lagi untuk merasakan apa itu malam mingguan.

Tapi ternyata gue salah.....



Semenjak gue kerumahnya, gue merasa dia berubah.
Chat jadi lebih lama dibalas, ajakan kembali bertemu selalu di tolak.
Lagi banyak kerjaan katanya.




Di bulan ini dia ulang tahun,
Gue sudah berjanji ke diri sendiri kalau akan gue habiskan semua effort gue untuk wanita satu ini. 

Gue siapkan hadiah terbaik untuknya.
Gue disain sendiri hadiahnya, packaging nya dan ucapannya.



Hingga pada hari ulang tahunnya, 
Tanpa menganggu kesibukannya.
Gue antarkan kado tersebut ke rumahnya saat dia sedang sibuk mencerdaskan anak bangsa.
Setidaknya kado tersampaikan dan effort mungkin terbacakan.
Jujur, saat itu gue berharap, meski hanya sekedar pita kado,
meski hanya poto tanpa caption saja,
Gue berharap sedikit tentang gue bisa berada di story instagramnya.




Pada bulan terakhir di tahun ini, semenjak gue datang kerumahnya, 
Ditambah hadiah yang telah gue berikan ternyata membuat kesibukannya semakin tanpa jeda 
(dibaca: menghindar)

Jika memang cinta tidak bisa dipaksakan, mestinya dia bilang saja.
Tidak perlu bersikap seolah semua ada harapan.
Toh pada awal hubungan, gue memang sudah berkeyakinan
jika pada akhirnya gue memang tidak berjodoh dengan siapa-siapa.
Dan hal ini yang akan menjadi resolusi utama gue di tahun depan.

Berjanji kediri sendiri untuk tidak lagi membahas perihal hubungan.
Membiarkan wanita-wanita yang hadir setelah ini berlalu begitu saja dan berakhir sebagai wanita-wanita tanpa nama. 
Mencoba sekuat tenaga untuk tidak lagi jatuh cinta.
Melakukan apapun untuk sekedar membahagiakan diri gue sendiri.
Mulai memikirkan rencana masa tua saat tak memiliki pasangan untuk hidup bersama, menerima jika memang tidak pernah ada teman untuk bermesra, bertukar cerita di ruang keluarga pun hanya dengan isi kepala saja, tidak ada yang dipanggil Ibu maupun Ayah, tidak ada buah hati yang ditimang dengan riang gembira, hingga datang pagi, tidak ada yang memasak, namun gue tetap bekerja.

Mungkin juga ini adalah postingan terakhir gue membahas perihal jatuh cinta.
Hal yang selama tiga puluh tiga tahun umur kehidupan, gue jadikan fokus utama.
Sudah terlalu banyak energi gue buang untuk urusan asmara.
Kini semua akan mulai gue kesampingkan,
untuk batas waktu yang tidak di tentukan atau mungkin juga untuk selamanya. 

Namun ini bukan soal menyerah atau berputus asa,
Seperti lirik dari lagu berjudul apa yang tak bisa dari rumahsakit:

Apa yang tak bisa kau raih walau kau t'lah berupaya
Itu hanya tanda, kau tak membutuhkannya
Apa yang tak bisa kau miliki meski kau t'lah temui
Itu hanya tanda, kau lebih baik tanpanya.




Mungkin sekian postingan terakhir di tahun 2023,
Selamat berakhir pekan, selamat menikmati libur tahun baru.
Semoga di tahun kabisat, kita semua senantiasa sehat.

Selamat Tahun Baru !!!



video tambahan, sebagai opsi terakhir jika kelak gue memang harus hidup sendiri hingga tua

Senin, 20 November 2023

PULANG




Kepada mimpi buruk yang sangat ingin aku sudahi,
Kembali aku pulang pada peluk mu,

Setelah ku pikir kau tak mampu menyentuh lengkung manis bibirnya, nyatanya sama saja!
Padahal sedikit lagi senyum itu akan membawaku meninggalkanmu.
Sedikit lagi rupa manis itu akan membangunkan asa ku yang lama di ambang binasa.
Sedikit lagi semua tentangnya akan menenangkan lara.
Sedikit lagi, hingga dekapmu kembali menyadarkan bahwa aku adalah musafir pada hamparan mimpi gelap tanpa tepi.

Kepada mimpi buruk yang sangat ingin aku sudahi,
bisakah untuk kali ini sedikit saja rupamu tidak menyeramkan seperti biasa?
Bisakah kau ucapkan selamat datang dengan tidak menertawakan segala upayaku yang sia-sia?
Karena aku pastikan, 
ini adalah halaman terakhir dari kisah rangkaian patah tanpa sebuah sudah.

PENGHUJUNG SEPTEMBER



Di penghujung September,
pada sepenggal senja yang penuh debar,
Kubentangkan layar menuju singgasanamu.
Dimana segala rinduku ingin lekas bersandar.

Sore itu kau menyambutku,
dengan paras dan senyummu paling puisi,
Mengiringi degup seisi dada yang tak lagi dapat aku kuasai.

Mungkin, aku digdaya mengarungi samudera.
Namun pada lembut sikapmu sore itu,
aku kembali tenggelam jatuh dalam bangunan harapan 
yang dulu pernah runtuh meratakan segala percaya.

Dan disela hening antara kita, 
pada matamu yang telaga, 
aku mendayung asa, 
Menyusuri ketenangannya, 
Menyelami kejujurannya, 
Berharap ada cinta yang kelak bisa kita rawat bersama, 
atau setidaknya menjelma harapan paling indah 
Sebelum aku terbangun seperti biasa.

SORAI



Benarkah hujan akan segera mereda?
Akankah rinainya tak lagi membasahi duka di sepanjang cerita?
Akankah hilang berikut angin yang senantiasa keji menerpa gigilnya derita?
Akankah berganti terbitmu yang serupa pelangi 
dengan binar-binar harapan nan mengahadirkan warna?

Jikapun demikian,
Aku ingin segera mengumandangkan namamu kesegala penjuru bumi.
Menyiapkan dekorasi terbaik berhiaskan sajak cinta warna-warni.
Menabuh riuh janji bersama pada dinding waktu.
Bersorai gembira menyemarakkan rasa di jiwa, 
merayakan aku menemukanmu!!

Sabtu, 13 Mei 2023

PASRAH


Mei, setelahmu, kembali ku lanjutkan langkah.
Hingga pada sudut lelah, ku temukan rumah dengan halaman paling indah.
Aku yang sangat ingin singgah, tak mampu berkilah saat cinta tumbuh menjalar dari segala arah,
Mengikat sukma pada getaran-getaran cinta yang tak terbantah,
Sebelum kembali dia hantarkan jasad rinduku pada keranda pasrah,
Sebagai penanda bahwa aku harus segera berbenah,
Karena ternyata, kenang masih satu-satunya tempat pulang paling ramah.

Mei, hanya karena pernah badaimu aku taklukkan,
Aku kira gerimis kecil setelahmu dengan mudah dapat aku lewatkan.
Nyatanya embun-embun penolakan silih berganti membuat kecewaku kembali bersimbah.

Mei, pada penghujung kisah, aku putuskan untuk hanya bersandar pada takdir Illah.
Jika kelak memang harus kembali hancur, hancur sajalah.
Meski pada akhirnya selalu ku temukan rumah yang salah,
Aku tak masalah.
Namun aku minta, untuk besok dan seterusnya,
Patahkan hatiku, tanpa harus lagi aku merasa kalah.

Selagai Lingga, 9 Mei 2023

Kamis, 04 Mei 2023

KOPI, CINTA DAN STOIKISME



Selamat memasuki bulan MAY, bulan yang dari namanya saja sudah menunjukkan ketidakpastian. 
Tapi satu yang pasti, kisah cinta gue selalu menyakitkan 😅

Kali ini gue mau bercerita tentang usaha gue mengurangi kadar gula dalam campuran kopi yang setiap hari gue minum.

Gue yang mengenal kopi pada tahun 2012,
buah dari usaha gue untuk tidak ketiduran saat tiap malam menemani seorang perempuan bercerita, mulai dari pacarnya yang dingin, hari-hari yang dia habiskan, hingga obrolan-obrolan yang memaksa gue untuk berjanji untuk tidak ketiduran sebelum sms-an kami selesai.
Sampai pada akhirnya posisi gue tergantikan dan kami saling meninggalkan,
Namun kopi yang ia 'kenalkan' tetap menjadi teman yang tidak pernah pergi hingga saat ini.

Dalam waktu yang lama,
gue beranggapan jika kopi itu haruslah manis,
Cukuplah hidup yang pahit, kopi jangan!
Setidaknya itu pendapat gue sebelum gue mendengar seseorang memesan kopi dengan tambahan kalimat JANGAN DI KASIH GULA.

Itu kalimat ter keren yang pernah gue dengar.
Dan mulai saat itu gue mulai berniat mengurangi gula di kopi gue.
Meski pada awal-awal mencoba gue merasa kopi pahit bukanlah minuman manusia,
Tapi finally di dua bulan terakhir ini, gue berhasil mengurangi 100% gula di kopi gue.

Sekarang gue sudah benar-benar bisa menikmati pahitnya kopi.
Bahkan gue merasa kopi tanpa gula lebih mudah untuk dinikmati.
Karena kelak jika seseorang menawarkan segelas kopi,
Kita tidak perlu lagi khawatir jika nanti kopinya kemanisan,
atau kopi yang kita pesan sedikit pahit karena gulanya kurang.
Dan inilah yang akan gue terapkan dalam cara pandang gue terhadap cinta.

Selama ini gue selalu beranggapan jika cinta itu haruslah manis,
Asmara itu haruslah indah,
Namun sejauh apapun gue mencari,
selama apapun gue menunggu,
selirih gimanapun gue berdoa,
setulus gimana juga gue berjuang,
Akhir dari cinta yang gue harapkan tetaplah pahit.

Hal ini gue sadari setelah baru-baru ini gue kembali dibuat jatuh cinta kepada gadis manis bernama Erwinda Eka Saputri,
Gue kira karena kami sama-sama anak pertama,
sama-sama ada bahasa sansekerta di nama kami,
sama-sama suka anime,
sama-sama ada angka kembar pada umur kami di tahun ini,
ternyata tetap saja takdir tidak bisa di ubah sekeras apapun otak gue merekayasa masa depan.
tetap saja harapan membawa gue dari patah yang satu menuju patah yang lainnya.

Gue yang dulu berfikir, semakin sering gue berjumpa dengan patah hati, nantinya hati gue akan terbiasa dengan rasa sakit.
Ternyata tidak,
Seperti halnya kopi, pahit tetaplah pahit,
pun sakit tetaplah sakit,
Rasanya sama saja baik itu sakit hati untuk pertama kali,
maupun sakit hati untuk kesekian kalinya.

Dan bukankah gue hanya perlu menikmati saja pahitnya?
Atau malah hentikan saja pencarian gue akan cinta yang berakhir manis?
Memulai sudut padang baru jika cinta memang seharusnya pahit!
Dan gue harus terbiasa dengan sudut pandang itu,
Seperti gue membiasakan menikmati pahitnya kopi.

Bukankah ini sejalan dengan nilai-nilai stoikisme yang selama gue pelajari,
yakni PREMEDITATIO MALORUM yang berarti melatih kemalangan, 
Filsuf Seneca pernah berkata, “kemalangan/musibah yang tak terduga sering kali yang paling menyakitkan” 
Orang-orang stoik terbiasa mempersiapkan datangnya kemalangan/musibah tersebut dari jauh-jauh hari,
agar ketika kemalangan/musibah itu tiba, kita sudah sangat siap menjumpainya.
Seperti jika kita tahu bahwa hari ini akan terjadi mati lampu seharian, maka kita akan memiliki persiapan dengan mengisi penuh baterai HP kita, memasak nasi sebelum listrik padam atau bahkan di tingkat paling ekstrim kita mulai membangun panel surya.

Atas dasar ini, sepertinya gue juga harus mulai berfikir,
Jika nanti pada akhirnya gue memang tidak akan berjodoh dengan siapa-siapa.

Agar jika memang pada akhirnya, I will end this all alone.
Setidaknya tidak semenyakitkan,
dengan gue hidup dengan memegang keyakinan,
Jika kelak semuanya akan baik-baik saja.

Kamis, 09 Maret 2023

BAPAK

Selamat memasuki bulan ketiga,
bagaimana pencapaian kalian di tahun ini?
Apakah semangat untuk mewujudkan resolusi masih sama atau sudah just flow saja, haha

Untuk gue yang resolusi tahun ini hanyalah menikah.
Akhirnya gue kembali fallin love.
but still to someone we can't have, haha
Selamat datang di kisah patah hati pertama gue pada 2023.
Disclaimer, untuk kali ini gue gak mendapatkan izin untuk menyebutkan nama maupun menunjukkan potonya.
Tapi semoga tidak mengurangi esensi perasaan gue ke dia.

#######################################

Cerita dimulai saat pertama kali gue melihat gadis manis ini pada bimtek calon Pantarlih di salah satu kampung di Selagai Lingga.
Di ruangan itu, dari sebegitu banyaknya manusia,
Hanya kepadanya dunia gue teralihkan,
Hanya kepadanya gelar wanita paling manis sejagat raya gue nobatkan,
Dunia berhenti sejenak menikmati indah mu, ujar Raim Laode yang lagunya seketika terngiang dikepala.

Pada momen ini gue sempatkan untuk mencuri gambarnya, 
(poto dihapus)

########################################

Selepas hari itu, gue pun mencari tahu tentangnya.
Gue bongkar semua berkas pendaftaran pantarlih yang menumpuk di rumah, dan gue pun mendapati namanya.
Berbekal nama tersebut gue mencari sosial medianya.
Mulai dari instagram hingga facebook dan dari itu pun gue tahu kalau anak pertama berzodiak Aries ini sudah memiliki pacar.
Rada kecewa memang,
tapi bukan kah asmara gue memang selalu begini, haha 

Tiga hari berselang, gue mendapatkan kesempatan untuk poto bersama dengannya.
(poto dihapus)

Gue yang tadinya tidak memiliki ekspektasi apapun,
Sejak saat itu gue mulai membayangkan,
Kelak setiap paginya gue akan dibangunkan oleh wajah semanis ini, haha GOBLOK !!!!
Semenjak hari itu juga playlist spotify gue dipenuhi dengan lagu-lagu bertemakan jatuh cinta.

Dan untuknya tulisan berjudul EPILOG gue buat.

########################################

Sembilan hari berikutnya gue mulai coba untuk chat dia,
Gue tanya-tanya seputar pekerjaan,
Gue panggil dia dengan nama panggilannya,
Dan dia panggil gue dengan PAK,
iya Pe-A-Ka,
PAK !!
Gue gak tau ini artinya PAKDE, BAPAK atau BOPAK yang jelas malam itu gue overthinking dan insecure parah.
Padahal gue buka chat itu dengan bilang gini,


Gue pun tanya ke kawan,
Apakah gue dan dia terlihat seperti BAPAK dan ANAK ?
Kawan gue bilang kalau itu normal,
Karena dia belum kenal sama kamu aja, tetap semangat !
Bodohnya gue percaya kalimat hiburan seperti itu, haha

#######################################

Jumat, 24 Februari 2023 gue kembali melihat dia pada saat evaluasi pekerjaan.
ya Tuhan, kali ini dia lebih manis dari sebelumnya.
(poto dihapus)

########################################

Senin, 5 Maret 2023
Malam itu, akhirnya gue bisa chat dengannya sedikit lebih panjang meski dia masih juga memanggil gue PAK.
Tapi biarlah, bukankah banyak juga di luar sana perempuan yang memanggil suaminya dengan sebutan PAK?
Ucap gue menyemangati diri dengan tidak tahu diri, haha

Berbekal histori chat itu,
Pada selasa pagi hati gue serupa taman bunga.
Indah mewarni, harum kesepanjang penjuru.
Namun itu semua tak berselang lama,
Untung tak dapat di raih, malang tak dapat di tolak.
Sore itu juga taman bunga gue rusak!
Porak-poranda ketika dia mengganti poto profil whatsapp nya dengan poto berdua bersama pacarnya.

Memang sih itu normal, sah-sah saja.
Toh mereka juga memang pacaran.
Tapi gue yang gak normal,
Gue cemburu.

#######################################

Gue sadar ini udah gak sehat,
Meski gue menikmatinya,
Tapi gue khawatir nanti dia bakal terganggu dengan perasaan ini.
Karena gue hanyalah lelaki pecemburu biasa.

Dan sejak hari itu gue berupaya menguatkan hati untuk menyudahi perasaan ini.
Membunuh rasa yang baru saja tumbuh, 
Meski gue sudah acap kali melakukan hal ini,
Namun ternyata masih terasa sakit juga, haha

Oke sekian tulisan kali ini,
Kalau kamu membaca ini,
Ingatlah, jika kelak pacarmu berubah jadi alien jahat,
Disini ada BAPAK,
Lelaki paling setia di semesta, yang menyukai segala tentang kamu.

Minggu, 19 Februari 2023

PROLOG


Dalam persidangan malam,
Sejak hari dimana tak ku tahan mata untuk mencerna manis rupamu,
Aku senantiasa kuyup diterpa penghakiman rindu.

Dijerat ingatan akan senyum manis mu yang serupa kelopak-kelopak puisi, aku gelagapan!
Dihadapan rasa yang gugur tak tersampaikan,
Aku adalah terdakwa tanpa pembelaan!

Bagaimana bisa aku berkilah,
Jika segala do'a terjawab pada jernih binar matamu.
Bagaimana bisa aku ingkari,
Jika sejak Jum'at itu,
Bayang mu masih saja mengaliri segenap nadi,
Mengantarkan mu menjadi wujud paling ku rindui.

Kapan pun persidangan ini usai.
Meski harap harus berakhir terpenjara dalam dinginnya jeruji rindu,
Ku pastikan hati dengan suka rela mengetuk palu untuk mencintaimu.