Di penghujung September,
pada sepenggal senja yang penuh debar,
Kubentangkan layar menuju singgasanamu.
Kubentangkan layar menuju singgasanamu.
Dimana segala rinduku ingin lekas bersandar.
Sore itu kau menyambutku,
dengan paras dan senyummu paling puisi,
Mengiringi degup seisi dada yang tak lagi dapat aku kuasai.
Mungkin, aku digdaya mengarungi samudera.
Namun pada lembut sikapmu sore itu,
aku kembali tenggelam jatuh dalam bangunan harapan
yang dulu pernah runtuh meratakan segala percaya.
Dan disela hening antara kita,
pada matamu yang telaga,
aku mendayung asa,
Menyusuri ketenangannya,
Menyelami kejujurannya,
Berharap ada cinta yang kelak bisa kita rawat bersama,
atau setidaknya menjelma harapan paling indah
Sebelum aku terbangun seperti biasa.
Komentar
Posting Komentar