Sabtu, 30 Desember 2023

PADA AKHIRNYA, SELAMAT TINGGAL 2023

Kurang dari dua hari lagi, drama 365 hari akan segera berakhir,
Drama yang bagi gue sebenarnya tidak banyak konflik baru pada premis yang hampir selalu sama, 
Seperti kembali menuliskan repetisi akan kisah usang patah hati yang membosankan! 
Menuliskan kembali kegagalan akan hal yang seharusnya tak lagi sulit gue menangkan. 
Kegagalan yang membawa gue memetik suatu kesimpulan, 
Jika hidup bukanlah selalu soal perjuangan, harapan, pencapaian dan pelajaran. 
Namun juga soal Penerimaan.

Mari kita awali kisah 365 hari ini dengan kisah jatuh cinta pertama gue di tahun ini,
Setelah 2022 Selesai, gue kembali melanjutkan usaha untuk mengakhiri kesendirian.
Meski di umur gue yang sekarang untuk kembali melakukan pendekatan,
Sama membosankannya dengan menghitamkan ratusan bulatan lembar LJK berulang-ulang.
Namun tetap gue lakukan, bukan karena gue gemar mengerjakan soal-soal ujian,
Tapi karena dalam agama gue, menikah hampir sebuah kewajiban.




Dimulai dengan bertemu seorang gadis manis, imut dan cantik pada saat melakukan bimbingan teknis kepemiluan. Sebuah pertemuan yang membuat gue merasa tahun 2023 akan berjalan lebih manis.

Seperti biasa, proses pendekatan dimulai dengan mencari tahu segala tentang dia,
Tujuannya apa? Menemukan titik tengah dimana gue bisa membuat topik percakapan.
Karena sulit memulai percakapan dengan seorang gadis yang diawal perkenalan memanggil gue berkali-kali dengan sebutan BAPAK!
(postingan lengkapnya bisa dibaca di sini)

Berbekal momen poto bersama, ditambah keyakinan bahwa perempuan dengan selisih umur sembilan tahun yang tinggal di desa akan lebih mudah untuk didekati, lantas atas dasar hal tersebut, ga butuh waktu lama, hati dengan lantang mendeklarasikan jika ia telah kembali jatuh cinta!

Namun seperti yang sudah-sudah, jauh panggang dari api.

Roller coaster perasaan berlangsung hampir selama empat bulan,
di sisi lain menyemangati diri sendiri bahwa jika gue melewatkan perempuan satu ini,
maka ga akan gue temukan lagi perempuan manis yang menyukai Anime, Kopi Hitam dan Green Day.
Di sisi lainnya kemesraan dia dan pacar sporty nya membuat gue merasa what the hell am I doing here?

Hingga pada akhirnya, gue tanyakan ke dia apakah gue memiliki peluang?
Dan jawabannya memberikan validasi yang mensahihkan seluruh asumsi sekaligus merampungkan segenap deduksi jika pada akhirnya 
jatuh cinta memang selalu soal luka.



Merasa kembali gagal pada pendekatan kali ini, 
Gue memutuskan untuk kembali introspeksi diri.
Apa yang salah pada metode pendekatan kali ini?
Apa saja yang harus di evaluasi pada jatuh cinta kali ini?
Dan setelah lama berdiskusi dengan diri sendiri, mengenang kembali jatuh cinta - jatuh cinta sebelumnya, merasakan luka-luka yang kini seperti terbuka secara bersama.

Akhirnya dibulan ini gue menarik sebuah kesimpulan
jika pada akhirnya mungkin saja gue memang ga berjodoh dengan siapa-siapa.
Bisa jadi jodoh yang sudah disiapkan untuk gue, dua puluhan bahkan tiga puluhan tahun yang lalu sudah diaborsi orang tuanya?
Atau bisa jadi manusia memang dilahirkan berpasang-pasangan, sedangkan gue satu-satunya Alien Merkurius dengan wujud asli menyerupai hewan Sigung yang tersesat di bumi kalian yang damai.
Mungkin saja kan?

Karena setidaknya itu lebih melegakkan dari pada kembali dihancurkan oleh harapan jika kelak akan hadir seorang wanita yang bersamanya kami akan hidup bersama, saling bermesra, bertukar cerita di ruang keluarga, dia dipanggil Ibu dan gue dipanggil Ayah, bercengkrama menimang buah hati dengan riang gembira, hingga datang pagi, dia memasak, gue bekerja.

Namun nyatanya, akrab dengan patah hati tidak membuatmu terbiasa dengan sakitnya.
Patah hati akan selalu sama, 
sakitnya selalu seperti baru pertama.



Di tengah usaha gue untuk berdamai dengan pemikiran-pemikiran gue di bulan Mei.
Pagi itu, seusai sholat iedul adha, semesta mempertemukan gue dengan senyumnya.
Senyum manusia paling puisi di tahun ini, bak rinai yang tumpah, meski hampir habis kuasa, sudah limpah cinta ini tak mampu ku tadah.

Walau sempat terfikir mungkinkah kali ini berakhir seperti yang sudah-sudah?
Namun dihadapan sikap ramahnya, hati dengan sukarela menyerah.

Setelah belasan tahun berkutat dengan urusan pendekatan,
dia adalah perempuan dengan respon paling membahagiakan.
Bersamanya gue ga perlu repot mencari topik pembicaraan,
karena percakapan kami selalu bisa mengalir menemukan jalan.

Bersamanya kami bisa membahas apa saja mulai dari seputar parenting hingga konsep pre-wedding.
Membahas dunia pendidikan hingga pilpres kelak kemana dia menentukan pilihan.
Saling berbalas pesan hingga salah satu dari kami ketiduran.
Dan hal-hal manis lainnya khas fase pendekatan.

Dari percakapan yang melahirkan rasa nyaman tersebut, gue jadi teringat akan petuah teman-teman yang sudah duluan menikah.
Kata mereka, jika nanti kamu bertemu dengan seseorang yang kalau diajak ngobrol enak, ngomongin apa aja masuk, bersamanya kamu merasa nyaman, yakin aja ga perlu waktu lama kalian pasti segera sah.

Jatuh cinta terakhir kali dan berakhir menikah itu berbeda dari jatuh cinta yang sudah-sudah.

Berbekal petuah-petuah yang entah kenapa related dengan yang saat itu gue rasa,
Akhirnya gue bilang ke emak di rumah,
Mak, kaya nya tahun depan saya menikah.





Di bulan ini gue terus berupaya meyakinkan dia, kalau gue serius dengan perasaan ini.
Gue terus cerita ke dia tentang keseharian gue, pemikiran-pemikiran gue, keluarga gue, sirkel gue, konsep rumah tangga menurut gue, gimana gue memandang soal pendidikan anak dan lain-lain.
Dengan harapan, it's all about me, ga ada lagi yang gue tutupi, jadi kalau spek muka gue masuk dalam kriteria mu, mari kita mulai ini ke dalam hubungan yang lebih jelas dan serius.




30 September 2023, ini kali pertama gue ke rumahnya,
berbincang dengan mamak dan bapaknya,
bertatatap muka dan berbicara langsung untuk pertama kali dengannya.
menikmati kopi buatannya,
dan melihat kembali senyum manis yang membuat gue mencintainya.

Sore itu gue beripikir ini adalah momen pertama dari seringnya gue bakal kerumahnya,
Gue berpikir gue bakal kesana lagi untuk merayakan ulang tahunnya di bulan November,
Kesana lagi mengantarkan jajanan bertopping coklat kesukaannya setiap gue dapat uang atau gajian,
Kesana lagi memberikan hampers lebaran,
Kesana lagi untuk merasakan apa itu malam mingguan.

Tapi ternyata gue salah.....



Semenjak gue kerumahnya, gue merasa dia berubah.
Chat jadi lebih lama dibalas, ajakan kembali bertemu selalu di tolak.
Lagi banyak kerjaan katanya.




Di bulan ini dia ulang tahun,
Gue sudah berjanji ke diri sendiri kalau akan gue habiskan semua effort gue untuk wanita satu ini. 

Gue siapkan hadiah terbaik untuknya.
Gue disain sendiri hadiahnya, packaging nya dan ucapannya.



Hingga pada hari ulang tahunnya, 
Tanpa menganggu kesibukannya.
Gue antarkan kado tersebut ke rumahnya saat dia sedang sibuk mencerdaskan anak bangsa.
Setidaknya kado tersampaikan dan effort mungkin terbacakan.
Jujur, saat itu gue berharap, meski hanya sekedar pita kado,
meski hanya poto tanpa caption saja,
Gue berharap sedikit tentang gue bisa berada di story instagramnya.




Pada bulan terakhir di tahun ini, semenjak gue datang kerumahnya, 
Ditambah hadiah yang telah gue berikan ternyata membuat kesibukannya semakin tanpa jeda 
(dibaca: menghindar)

Jika memang cinta tidak bisa dipaksakan, mestinya dia bilang saja.
Tidak perlu bersikap seolah semua ada harapan.
Toh pada awal hubungan, gue memang sudah berkeyakinan
jika pada akhirnya gue memang tidak berjodoh dengan siapa-siapa.
Dan hal ini yang akan menjadi resolusi utama gue di tahun depan.

Berjanji kediri sendiri untuk tidak lagi membahas perihal hubungan.
Membiarkan wanita-wanita yang hadir setelah ini berlalu begitu saja dan berakhir sebagai wanita-wanita tanpa nama. 
Mencoba sekuat tenaga untuk tidak lagi jatuh cinta.
Melakukan apapun untuk sekedar membahagiakan diri gue sendiri.
Mulai memikirkan rencana masa tua saat tak memiliki pasangan untuk hidup bersama, menerima jika memang tidak pernah ada teman untuk bermesra, bertukar cerita di ruang keluarga pun hanya dengan isi kepala saja, tidak ada yang dipanggil Ibu maupun Ayah, tidak ada buah hati yang ditimang dengan riang gembira, hingga datang pagi, tidak ada yang memasak, namun gue tetap bekerja.

Mungkin juga ini adalah postingan terakhir gue membahas perihal jatuh cinta.
Hal yang selama tiga puluh tiga tahun umur kehidupan, gue jadikan fokus utama.
Sudah terlalu banyak energi gue buang untuk urusan asmara.
Kini semua akan mulai gue kesampingkan,
untuk batas waktu yang tidak di tentukan atau mungkin juga untuk selamanya. 

Namun ini bukan soal menyerah atau berputus asa,
Seperti lirik dari lagu berjudul apa yang tak bisa dari rumahsakit:

Apa yang tak bisa kau raih walau kau t'lah berupaya
Itu hanya tanda, kau tak membutuhkannya
Apa yang tak bisa kau miliki meski kau t'lah temui
Itu hanya tanda, kau lebih baik tanpanya.




Mungkin sekian postingan terakhir di tahun 2023,
Selamat berakhir pekan, selamat menikmati libur tahun baru.
Semoga di tahun kabisat, kita semua senantiasa sehat.

Selamat Tahun Baru !!!



video tambahan, sebagai opsi terakhir jika kelak gue memang harus hidup sendiri hingga tua