Minggu, 19 Februari 2023

PROLOG


Dalam persidangan malam,
Sejak hari dimana tak ku tahan mata untuk mencerna manis rupamu,
Aku senantiasa kuyup diterpa penghakiman rindu.

Dijerat ingatan akan senyum manis mu yang serupa kelopak-kelopak puisi, aku gelagapan!
Dihadapan rasa yang gugur tak tersampaikan,
Aku adalah terdakwa tanpa pembelaan!

Bagaimana bisa aku berkilah,
Jika segala do'a terjawab pada jernih binar matamu.
Bagaimana bisa aku ingkari,
Jika sejak Jum'at itu,
Bayang mu masih saja mengaliri segenap nadi,
Mengantarkan mu menjadi wujud paling ku rindui.

Kapan pun persidangan ini usai.
Meski harap harus berakhir terpenjara dalam dinginnya jeruji rindu,
Ku pastikan hati dengan suka rela mengetuk palu untuk mencintaimu.