Jumat, 19 Juli 2019

USIA 29

Selamat malam para tulang punggung keluarga baru.
Bersyukurlah karena sebagian pria sangat memimpikan posisi itu.

Sebelum saya memulai postingan ini,
izinkan saya untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada diri sendiri.
Tidak terasa kamu sudah 29 tahun,
Itu bukan waktu yang sebentar, seharusnya kamu sudah bisa mengambil banyak pelajaran dari 29 tahun hidup di dunia.
Selamat ulang tahun,
Selamat memaknai tahun terakhir berkepala dua,
Karena di sembilan belas Juli yang akan datang, kamu akan menjadi berkepala tiga.

Di usia 28, tekanan untuk segera menyempurnakan setengah agama sangatlah brutal.
Entah itu dari orang tua, saudara, paman, bibi, temen main, temen organisasi, di tempat kerja, di tempat tongkrongan, di whatsapp grup, bahkan saat berobat kebidan pun pertanyaan “kapan nikah dan sejenisnya” masih saja terdengar dan merusak psikis.

Ternyata kita memang tidak bisa melangkahi suatu fase.
Kita gak bisa menjadi dewasa tanpa melewati nakal, konyol, liar, merana dan galau nya fase remaja.
Kita gak bisa mengalami masa remaja tanpa melewati masa penuh tawa, egoisme, dan penuh rasa ingin tahu di fase anak-anak.

Kita pun ternyata tidak bisa terlalu lama berada di suatu fase.
Kita tidak bisa berlama- lama berada di fase anak-anak, karena masa anak-anak akan berakhir seiring pesatnya pertumbuhan tubuh.
Akan sangat janggal jika kita masih saja merengek minta dibelikan balon Masha saat bulu ketek sudah mulai melambai kemana-mana.
Atau tetap bermain tetris di gimbot saat semua sudah bermain ML di android.
Kita juga gak bisa berlama-lama berada di fase membujang sendiri tanpa pasangan hidup.
Senyaman apapun kita di posisi itu.

Ya, senyaman apapun di posisi itu.
Setelah patah hati berkali-kali,
Menjadi bego saat jatuh cinta,
Setelah melewati banyak penolakan,
Dan akhirnya akrab dan nyaman dengan kesendirian.

Di usia 28 tanpa pasangan,
Entah itu istri ataupun pacar itu seperti aib dimata sebagian makhluk bumi.
Seperti saat kuliah,
Terlalu semangat berorganisasi dan berkerja membuat saya tidak sadar kalau saya sudah lima kali melewati semester tunggu,
Jangan kan teman sejawat, adik tingkat pun sudah mulai meninggalkan saya yang masih asik sendiri di dunia yang harusnya sudah lama saya lewati.

Keadaan itu kembali berulang,
Saat temen-temen seumuran bahkan banyak adik-adik tingkat mulai membangun keluarga baru,
Saya disini masih terperangkap dalam fase nyaman akan kesendirian.

Apakah saya tidak berusaha untuk keluar dari fase ini ??
Tidak, sebenarnya saya sudah lama kembali membuka hati,
Tapi ternyata hati masih sulit untuk sekedar bilang,
“itu gw suka, deketin”
Saya juga tiap chat dengan siapa aja selalu bilang,
“kalau ada rekom-rekom cewek yang siap nikah, bilang ya?”
Gak jarang ada kawan yang kasih nomor cewek untuk saya deketin,
Tapi terus aja berakhir di sekedar nge-save kontak.

Selain saya mulai males untuk memulai chat perkenalan,
Kadang kontak yang mereka rekomendasikan juga tidak bisa membuat mata dan hati saya satu suara berkata “sip, garap Nca !!”

Mereka bilang saya terlalu pemilih?
Shit men, menikah itu ibadah paling lama.
Bagaimana bisa khusyu kalau sajadah yang kita pakai menghalangi ke khusyu-an ?

Oke, mungkin itu saja postingan di hari ulang tahun saya,
Terimakasih banyak sudah berkenan membaca.

Sekali lagi, selamat bertambah usia.
Semoga ini benar-benar tahun terkhir saya melajang.
Aamiin.