Minggu, 07 Juni 2020

PATAH LAGI

Menjelang tahun 2020, tepatnya di akhir bulan November 
Seorang perempuan menitipkan secarik kertas yang bertulis nomor Hp nya kepada orang rumah, 

 “coba dihubungin” pesan orang rumah kepada saya.  

Saya saat itu menganggap semua hanyalah akal-akalan orang rumah supaya setidaknya saya ada kenalan seorang perempuan, syukur-syukur bisa kenalan, akrab terus menikah. 

Kertas itu pun saya ambil, lama saya simpan hingga pada tanggal 4 Desember saya coba chat dia untuk pertama kali. 

Tidak mudah untuk memulai obrolan bagi orang yang sudah lama terbiasa sendiri, 
Apalagi kami sangat-sangat tidak satu sirkel.
Untuk sekedar mencari topik orolan saja rasanya susah. 

Akhirnya kami mulai membuka obrolan, dari yang awalnya canggung sampai akhirnya bisa telponan hingga berjam-jam tanpa terasa. 


Mulai saling berbalas kata sayang. 


Kami juga video call, yang mana saya terakhir kali pacaran pada tahun 2013 belum ada fasilitas ini.

Walau sudah sedekat ini, Namun perasaan ragu masih saja datang,
Rasanya tidak ingin jatuh cinta terlalu dalam, karena usia kami terpaut sembilan tahun, 
Dan saya sangat paham jika remaja seusia dia perkara perasaan masihlah sangat rentan berubah.
Dan saya belum lupa rasanya ditinggalkan.
Namun berkali-kali juga dia meyakinkan saya jika dia juga serius dengan hubungan ini.

Hubungan kami berjalan nyaris tanpa hambatan,
Hanya sesekali ribut kecil karena dia tidak pernah mau post poto kami di akun sosmed nya, 
“gak pengen mengumbar hubungan” katanya. 
Dan saya percaya. 

Walau sesekali saya sangat ingin ada di snap nya, 
Membuat boomerang bareng, 
Dikenalkan kedalam sirkel pertemanan dia, 
Membonceng dia, 
Makan hanya berdua dengan dia, 
Memandangnya dari dekat untuk waktu yang lama, 
Dan semua hal yang dilakukan normalnya orang pacaran. 

Disaat semua perasaan itu datang, saya selalu berkata kepada diri sendiri, 
“Sabar, nanti pasti datang waktunya 
Setelah menikah kamu pasti akan sepuasnya di dekatnya, 
Menggandeng nya, melihat wajahnya, matanya, senyumnya, segalanya.” 

Hingga pada tanggal 9 Mei semua yang saya takutkan datang, jauh dari harapan yang telah dibangun selama ini.

Seperti biasa, siang itu saya chat dia. 
“ini siapa?” balasan yang saya dapat seperti itu,
Ternyata Hp nya sedang di pegang oleh pria yang setelah lama berbalas pesan, saya tahu itu pacar lamanya. 
Dia pun mengakui masih menyayangi pacar lamanya. 
Dan dia berkata, 

DALAM SATU RONGGA KITA GAK BISA MELETAKKAN DUA HATI KAN ? 

Kami selesai saat itu.

#############################################################

Selepas itu tak ada lagi notif dari nya, 
Saya pun yang telah merasa diusir paksa dari hidupnya tak mencoba lagi menghubuninya walau sangat-sangat rindu. 
Saya tidak tahu sejak kapan mantannya datang kembali, 
Apakah saat membalas chat dari saya, di saat yang sama dia juga sedang tertawa bersama pria itu?
Apakah bersama dengan nya dia lebih bahagia, karena tak lama setelah kami selesai pria itu berkali-kali ada di snap nya, 
Apakah bersama dengan nya dia lebih senang, karena tak lama setelah kami selesai dia mempost snap saat dia dan prianya sedang berboncengan, 
Apakah bersama dengan nya dia lebih bangga, karena tak lama setelah kami selesai dia mempost snap saat sedang video call, 
Apakah selama ini hanyalah kepura-puraan ? 
Apakah kata sayang selama ini hanya basa-basi? 
Apakah rencana –rencana yang dibuat selama ini hanyalah sekedar penghibur? 
Apakah saya benar-benar sama sekali tak berarti ? 
Entahlah, kadang saya di buat tengelam oleh pertanyaan-pertanyaan yang saya buat sendiri. 

Selepas kepergian nya semua akun sosmed saya pun diblokir, 
Mungkin dia sangat-sangat tak ingin pria barunya meninggalkannya karena seseorang yang telah dibuang nya.

Sebenarnya saya sudah lelah untuk semua yang berkahir duka,
untuk semua yang kembali berakhir sia-sia.
Tapi life must go on kan, 
Yang pasti, sebelum bersiap untuk patah lagi sembuhkan dulu luka-luka dihati