Mari kita buka postingan kali ini dengan alasan kenapa gue ga lagi menulis perihal perkembangan asmara gue sejauh ini, jenis patah hati apa lagi yang gue temui, hingga perempuan sial mana yang sedang dikejar biawak Tunisia ini.
Alasannya sederhana; semua mulai terlihat tidak menarik.
Siapa juga yang mau membaca kisah cinta membosankan om-om 34 tahun.
Bahkan pada postingan gue di akhir tahun 2023,
gue berjanji untuk tidak lagi membahas perihal hubungan, memutuskan mengubur mimpi untuk memiliki pasangan dan menikah.
Lantas apakah itu merupakan rencana yang benar?
Gue rasa dengan tahun 2024 yang hanya menyisakan 2 bulan lagi,
gue telah mendapatkan kesimpulan dari jawaban gue tersebut.
Langsung saja kita bahas.
########################################
Memiliki rencana untuk tidak menikah bukanlah ujug-ujug datang tanpa alasan,
Seperti kalian tahu, perihal asmara seperti kutukan buat gue.
Menghabiskan separuh usia untuk pindah dari patah hati satu kepatah hati lainnya bukan hal yang mudah, banyak trauma, trust issue hingga feel suicidal yang susah payah gue damaikan.
Hingga tiba pada suatu titik gue merasa sepertinya gue memang ditakdirkan hidup tanpa pasangan.
Turut diyakinkan dengan kesulitan teman-teman yang sedang strugle dengan masalah keluarganya, bahkan beberapa ada yang sudah kembali singel,
Pun dikuatkan juga dengan gue yang mulai merasa kalau gue ga bakal bisa menang di hati seseorang, sekeras apapun effort yg gue berikan.
Hal tersebut membuat keinginan untuk pada akhirnya tidak menikahpun menguat, tapi kembali lagi, apakah keputusan ini tepat?
Apakah keputusan ini tidak menjadi sebuah penyesalan di penghujung usia? karena
"GUE GA PENGEN MENINGGAL
DENGAN MENYIMPAN SATUPUN PENYESALAN"
########################################
Agar kelak tidak menjadi penyesalan, gue pun mulai membuat planning secara matang, apa saja yang harus di siapkan untuk menjadi tua dalam kesendirian.
Mulai dari jaminan kesehatan dan dengan apa gue menghabiskan hari-hari.
Jaminan kesehatan, sepertinya tinggal di panti jompo pada saat memasuki usia lansia adalah pilihan paling masuk akal.
Di sana ada perawat yang akan mengurusi para lansia dan gue juga akan menemukan banyak teman-teman seumuran, dimana kami bisa bercerita tentang game PS1 favorit, hebatnya era Ronaldo-Messi, hingga noraknya orang-orang yang broadcast kontak di era Blackberry Messager.
Jika sudah bosan bercerita, kami bisa bermain PlayStation untuk menghabiskan waktu.
Namun biaya tinggal di panti asuhan sangat mahal, oleh sebab itu gue harus mulai menabung sejak saat ini.
Lalu bagaimana dengan rencana sebelum memasuki usia lansia?
Saat dimana seluruh teman dan keluarga sudah memiliki kehidupan masing-masing?
Untuk ini gue berencana menghabiskan hari-hari dengan membangun sebuah peternakan, bisa dengan merawat domba, atau ayam-ayam, sembari menanam sayuran.
Sepertinya menarik bukan?
semua rencana gue berubah !
########################################
Pendaftaran P3K mempertemukan gue dengan seorang abang-abang honorer berumur 53 tahun yang minta dibuatkan akun SSCASN (website pendaftaran ASN).
Kita sebut saja namanya Herman.
Di usia 53 tahun bang Herman ternyata masih bujang, mendengar dia bercerita, gue sedikit banyak mendapatkan POV bagaimana menjadi bujang di usia 50an.
Dari gimana dia mulai dipanggil UWAK (panggilan kakek-kakek) oleh anak cewek, gue yang mulai dipanggil BAPAK oleh anak-anak 90an akhir jadi paham gimana perasaan bang Herman.
Gimana dia menunjukkan wallpaper HP nya yang bergambar poto cucunya, dia bilang "ini anak ponakan abang, jadi bisa dibilang ini cucu abang".
Karena tidak punya anak, bang Herman membantu uang sekolah hingga membelikan keponakannya HP, "yahh, untuk mereka inilah abang nyari duit" ucap bang Herman dengan wajah datar.
Mendengar itu gue prihatin sekaligus membatin,
apakah gue nanti akan seperti bang Herman??
Sejak hari itu gue memutuskan,
GUE HARUS MENIKAH !!
########################################
Bang Herman seperti jawaban dari pertanyaan gue selama ini, jika kelak gue berada di posisi bang Herman gue pastikan gue bakal menyesal kenapa tidak menikah.
Sejak hari dimana gue takut menjadi menjadi seperti Bang Herman,
Sejak itu gue semakin takut jika satu-satunya perempuan yang ingin gue nikahi tidak juga membalas perasaan gue dan tiba-tiba lamaran dengan pria lain.
Gue takut hingga usia 53 tahun tidak lagi menemukan perempuan seperti dia.
Hal ini pernah gue bahas dengan dia,
dan sepertinya dia tidak peduli 😅
Dan memang tidak pernah peduli, baginya perasaan gue cuma seperti nun sukun di antara idgham bilaghunnah; terlihat, namun dianggap tidak ada.
Mungkin kali ini segini dulu,
Terima kasih banyak sudah berkenan membaca,
Mohon maaf jika sedikit pannjang.
Menutup postingan kali ini,
izinkan gue menyampaikan sebuah pesan untuk wanita yang bulan depan berusia 25 tahun.
Komentar
Posting Komentar