Selamat malam, selamat menjadi sarjana buat temen-temen gue yang baru
satu bulan di wisuda
Satu bulan berlalu, euphoria wisuda udah gak berbekas lagi..
Bahkan toga yang sebulan lalu dipakai sekarang mulai di tumbuhi jaring
laba-laba,
Yang tadinya akrab dengan istilah Revisi, Bimbingan, Sidang, Kantin,
Ngutang, Mie Instan *eh
Sekarang mulai akrab dengan istilah Info Loker, Map, Amplop, CV, dan
Surat Lamaran Pekerjaan ! #DAMN
Setelah satu bulan mendapat gelar sebagai seorang Hokage Sarjana
Pendidikan,
Alhamdulillah gue sudah bisa menguasai Kamehameha
Oke, cukup terkesimanya.
Lain kesempatan akan gue ajarkan kalian bagaimana mengeluarkan
kamehameha.
Pasca wisuda, layaknya para sarjana baru yang belum dapat kerja
lainnya.
Pertanyaan kerja dimana menjadi pertanyaan basa-basi paling memuakkan
ditelinga.
Sama seperti pertanyaan “mana pacar” bagi seorang jomblo akut,
Pertanyaan “kapan wisuda” bagi mahasiswa semester 12+,
Dan pertanyaan “masih perjaka" bagi yang.... oke lupakan !
Sedikit pembahasan tentang Sarjana Pendidikan.
SARJANA (n) orang pandai / ahli ilmu pemalsu tanda tangan pengetahuan
Dan pendidikan, gue rasa kalian pada tau apa itu pendidikan.
Jadi menurut gue sarjana pendidikan itu adalah orang yang dianggap ahli
dalam bidang pendidikan.
Tapi sayang nya kebayakan Sarjana Pendidikan kurang terbuka hatinya
untuk benar-benar memahami jika tanggung jawab mereka adalah untuk MENCERDASKAN
KEHIDUPAN BANGSA !
Serius, ini tugas yang berat !
Tidak sedikit Sarjana Pendidikan yang beralasan seperti:
Yah namanya aja salah jurusan,
Gue gak ada minat untuk jadi guru,
Guru itu bukan passion gue,
Gaji guru honorer itu gak nutup untuk sekedar buat makan-minum,
Satu yang mereka tidak sadari,
Gak ada yang namanya kebetulan di dunia ini !
Begitu juga dengan salah masuknya kalian kita di jurusan FKIP
Memang menjadi dilema bagi seorang Sarjana Pendidikan,
Antara bekerja sesuai dengan lisensi atau memilih pekerjaan lain diluar
pendidikan yang memiliki honor lebih tinggi ?
Gaji tenaga honorer yang hanya berkisar 100, 150 sampai dengan 200 ribu
perbulan yang membuat sarjana-sarjana pendidikan seperti kami lebih memilih
bekerja diluar dunia pendidikan seperti menjadi Pegawai Bank, Pegawai
Perusahaan, Depkolektor, samapi menjadi Calo Tiket, Sopir Travel, Penyanyi
Dangdut, Penonton Bayaran, Joki Three in
One, Tukang DVD Bajakan, Geng Motor, Teroris, Ninja, Pembunuh Bayaran *eh
Sangat dimaklumi jika faktor Ekonomilah yang mampu merubah yang tadinya
Hitam menjadi Putih,
Yang tadinya sahabat menjadi musuh,
Yang tadinya gak kenal sekarang ngakunya saudara,
Yang tadinya bilang gak akan pernah ninggalin kamu sekarang bilangnya
nyesel pernah kenal kamu,
Benci kamu, yNyesel pernah sayang sama kamu, jangan pernah temu saya
lagi !
Padahal gue salah apa ?
Cuma terlalu cinta dan terlalu berharap masak salah di kamu *eh ini
kenapa curhat.
Jadi gak ada salahnya juga seorang Sarjana Pendidikan tidak menjadi
guru,
Semua tergantung cara pandang hidup masing-masing,
Dan seberapa besar rasa peduli akan Dunia Pendidikan.
Jujur Guru juga bukan Passion gue,
Harus berdandan Rapi, berambut pendek, punya jam masuk, ketemu lagi
sama buku-buku.
Ditambah tren sekarang (memang tidak semua), kebayakan guru PNS lebih
memikirkan Kenaikan Gaji ketimbang Bahan Ajar,
Dan Guru Honorer lebih mementingkan pemberkasan untuk menjadi PNS dari
pada otak murid,
Benar-benar bukan dunia gue !
Gue lebih suka bekerja tanpa jam masuk, gak ganggu waktu ngopi gue, tetep
bisa punya rambut panjang.
Meski begitu gue juga ada mimpi untuk membuat Sekolah Gratis untuk anak
jalanan berkonsep Sekolah Alam nya Dik Doank,
Karena bagi gue sebagai Sarjana
Pendidikan, sewajarnya mendidik itu bukan lah suatu pekerjaan tetapi sebuah
kewajiban.
Congrat bro!
BalasHapus