Melewati rimbunnya rindu yang tak lagi bisa ku ungkap.
Mengalir menghangatkan daun-daun mimpi yang gugur tepat di atas pusara lara yang gelap.
Ditengah hamparan rindu yang kian belukar,
Angan tentangmu kian terkapar.
Hingga disini, ku kusemayamkan kisah kita yang hanya sebentar.
Bersama dengan seluruh kalimat andai yang kian memar tertampar segala ingkar.
Pagi ini tepat bulan ke empat aku bersimpuh,
Di atas gundukan tanah dimana ku benamkan cinta yang selepas pergi mu,
Acap kali ingin ku bunuh!
Berhiaskan taburan kembang-kembang kesetiaan yang layu bersamaan dengan cemburu yang kian tumbuh.
Menyerbakkan wangi, hingga memenuhi rongga paru dimana aroma penghianatan mu mengendap utuh.
Sayang,
Sejak lama aku ingin pergi dan berhenti menjadikanmu diksi dalam setiap sajak yang terngiang,
Dan merelakan apa-apa yang sepantasnya hilang.
Namun dari dasar pusara,
Hanya kau yang kunantikan untuk pulang.
Komentar
Posting Komentar