Dia mengingat kembali tentang masa-masa jaya,
Masa dimana kemarahan dan cinta saling berlomba menguasai hati,
Bertarung tanpa henti,
Berdusta demi mendapatkan tempat tertinggi.
Di tengah bisingnya detak jarum jam,
Dia menanggalkan seluruh zirahnya,
Melecuti kemahatahuannya tentang bahagia,
Membuka kekang dihati bernama asa,
Dia menyerah,
Dia tak lagi mampu melawan kesendirian.
Dia berdoa agar pedang di tangannya,
Memberikan apa yg tak mampu ia dapatkan.
Menyerahkan semuanya kepada yang Maha Tinggi,
Berharap darah akan menghapuskan segala sepi.
Komentar
Posting Komentar