Hingga pada sudut lelah, ku temukan rumah dengan halaman paling indah.
Aku yang sangat ingin singgah, tak mampu berkilah saat cinta tumbuh menjalar dari segala arah,
Mengikat sukma pada getaran-getaran cinta yang tak terbantah,
Sebelum kembali dia hantarkan jasad rinduku pada keranda pasrah,
Sebagai penanda bahwa aku harus segera berbenah,
Karena ternyata, kenang masih satu-satunya tempat pulang paling ramah.
Mei, hanya karena pernah badaimu aku taklukkan,
Aku kira gerimis kecil setelahmu dengan mudah dapat aku lewatkan.
Nyatanya embun-embun penolakan silih berganti membuat kecewaku kembali bersimbah.
Mei, pada penghujung kisah, aku putuskan untuk hanya bersandar pada takdir Illah.
Jika kelak memang harus kembali hancur, hancur sajalah.
Meski pada akhirnya selalu ku temukan rumah yang salah,
Aku tak masalah.
Namun aku minta, untuk besok dan seterusnya,
Patahkan hatiku, tanpa harus lagi aku merasa kalah.
Selagai Lingga, 9 Mei 2023
Komentar
Posting Komentar